Humor/kelucuan dalam teks anekdot bodrex
B. Indonesia
Mtinnaaaaa
Pertanyaan
Humor/kelucuan dalam teks anekdot bodrex
2 Jawaban
-
1. Jawaban Erikasianturierika
1. Bodrex Suatu hari di bulan puasa, seorang kakek tiba-tiba merasa pusing di kepalanya. Sang kakek pun langsung meminum obat Bodrex yang ada di lemari untuk meredakan sakit kepalanya. Cucunya yang melihat kejadian tersebut kemudian bertanya, “Kakek kan sedang puasa, kenapa kakek malah minum obat?”. Dengan tampang tak berdosa, sang kakek menjawab sekenanya, “Itukan obat Bodrex, bisa diminum kapan aja.” Cerita di atas merupakan contoh teks anekdot. Teks anekdot ini mencoba membahas tentang tagline dari salah satu merek obat, Bodrex. Tagline “Dapat diminum kapan saja” sebenarnya memiliki arti obat ini dapat diminum sebelum maupun sesudah makan. Namun, pada teks itu sengaja disalahtafsirkan untuk menampilkan unsur humor di dalamnya. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: Abstraksi : Suatu hari di bulan puasa. Orientasi : Seorang kakek tiba-tiba merasa pusing di kepalanya. Krisis : Sang kakek pun langsung meminum obat Bodrex yang ada di lemari untuk meredakan sakit kepalanya. Reaksi : Cucunya yang melihat kejadian tersebut kemudian bertanya, “Kakek kan sedang puasa, kenapa kakek malah minum obat?”. Koda : Dengan tampang tak berdosa, sang kakek menjawab sekenanya, “Itukan obat Bodrex, bisa diminum kapan aja.” 3. Sekolah ‘Bertarif’ Internasional Di sebuah sekolah, terlihat seorang guru tengah mengajar di sebuah ruang kelas. Sofa merupakan salah satu murid di kelas tersebut. “Sebelum mengakhiri pelajaran, ibu guru akan memberikan sedikit pengumuman.”, sontak terdengar riuh tanda protes dari murid-murid. “Tenang-tenang!”, sang guru kembali mengambil alih keadaan. “Ada kabar gembira, mulai pelajaran tahun depan, sekolah kita akan menjadi SBI.”. Kelas pun kembali riuh setelah mendengar pengumuman dari sang guru. “Berarti sekolah kita bakal jadi sekolah bertaraf internasional, Bu?”, tanya seorang murid. “Benar sekali. Seiring meningkatnya taraf sekolah kita, kita juga harus mempersiapkan hal-hal untuk meningkatkan kapabilitas kita, baik itu dari staf pengajar maupun dari siswa-siswinya. Kira-kira menurut kalian apa saja yang harus kita persiapkan?”, sang guru melemparkan pertanyaan ke murid-muridnya. “Kemampuan bahasa Inggris, Bu. Karena kalau sekolah kita menjadi SBI, maka bahasa pengantar sehari-harinya menjadi bahasa Inggris, Bu.”, sahut salah seorang murid. “Ya, benar sekali. Ada lagi yang menambahkan?” “Harus nyiapin uang lebih banyak, Bu.”, celetuk Sofa dari baris belakang. “Apa maksud kamu, Sofa?”, sang guru heran dengan jawaban muridnya. “Ya iya, Bu. Kita harus mempersiapkan uang bayaran lebih banyak. Karena kalau sekolah kita jadi SBI bukan cuma tarafnya yang internasional, tapi ‘tarifnya’ juga internasional.” Tawa pun pecah di seluruh ruang kelas, sang guru pun hanya bisa menggelengkan kepala menanggapi jawaban salah satu muridnya. Cerita di atas merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot tersebut mencoba mengkritisi kebijakan sekolah bertaraf internasional yang beberapa waktu lalu sempat diterapkan di beberapa sekolah di dalam negeri. Kebijakan tersebut menjadi polemik karena dianggap membeda-bedakan kelas antar satu golongan murid dengan yang lainnya. Selain itu kebijakan sekolah bertaraf internasional juga dianggap sebagai ajang untuk meminta bayaran yang lebih tinggi dari para wali murid. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: Abstraksi : Di sebuah sekolah, terlihat seorang guru tengah sebuah ruang kelas. Sofa merupakan salah satu murid di kelas tersebut. Orientasi : “Sebelum mengakhiri pelajaran, ibu guru akan memberikan sedikit pengumuman.”, sontak terdengar riuh tanda protes dari murid-murid. Krisis : “Ada kabar gembira, mulai pelajaran tahun depan, sekolah kita akan menjadi SBI.” Reaksi : “Benar sekali. Seiring meningkatnya taraf sekolah kita, kita juga harus mempersiapkan hal-hal untuk meningkatkan kapabilitas kita, baik itu dari staf pengajar maupun dari siswa-siswinya. Kira-kira menurut kalian apa saja yang harus kita persiapkan?”, sang guru melemparkan pertanyaan ke murid-muridnya. “Harus nyiapin uang lebih banyak, Bu.”, celetuk Sofa dari baris belakang. “Apa maksud kamu, Sofa?”, sang guru heran dengan jawaban muridnya. Koda : “Ya iya, Bu. Kita harus mempersiapkan uang bayaran lebih banyak. Karena kalau sekolah kita jadi SBI bukan cuma tarafnya yang internasional, tapi ‘tarifnya’ juga internasional.”Tawa pun pecah di seluruh ruang kelas, sang guru pun hanya bisa menggelengkan kepala menanggapi jawaban salah satu muridnya. -
2. Jawaban yusufsastra360
Suatu hari dibulan puasa , ada seoarang kakek sedang puasa tiba tiba kepalanya sakit, dengan panik sikakek langsung meminum obat bodrex yang tersedia dirumahnya, cucunya melihat kejadian itu langsung bertanya, “Kakek kan lagi puasa, kenapa minum obat ?” tanpa tampang berdosa, si kakek pun langsung menjawab, “ itulah okenya bodrex, bisa diminum kapan saja !!"
Bagian bagian struktur dari cerita anekdot ( bodrex ) diatas:
Abstrak : suatu hari dibulan puasa
Orientasi : seoarang kakek sedang puasa tiba tiba kepalanya sakit
Krisis : dengan panik sikakek langsung meminum obat bodrex yang tersedia dirumahnya
Reaksi : Kakek kan lagi puasa, kenapa minum obat
Koda : si kakek pun langsung menjawab, “ itulah okenya bodrex, bisa diminum kapan saja !!